Kematian kakek Rudyanto Gunawan dan tiga anggota keluarga yang ditemukan membusuk di kediamannya di Perum Citra Garden Extension I, Kalideres, Jakarta Barat masih menjadi misteri. Perlaha ditemukan adanya kejanggalan dalam kasus itu termasuk soal alas plastik yang dikenakan anggota keluarga sebelum mereka ditemukan tewas.
Fakta itu diungkapkan oleh Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto. Menurutnya, soal penggunaan plastik untuk alas kaki itu terungkap dari keterangan warga di sekitar lokasi penemuan mayat.
"Beberapa saksi pernah melihat beberapa (korban) memakai alas kaki plastik," kata Benny seperti dikutip dari Suara.com, Selasa (16/11/2022).
Selain itu, kata Benny, ditemukan barang bukti berupa buku-buku berbagai ajaran agama di rumah korban. Dia pun meminta agar polisi mengusut temuan barang bukti buku guna mengungkap motif atas kematian satu keluarga itu.
Baca Juga:Gawat! Kota Pekalongan Diprediksi Tenggelam Tahun 2035, Pemprov Jateng Siapkan Langkah Konkret
"Penyidik ketika menangani kasus selalu membuka ruang segala kemungkinan motif kasus tersebut. Melihat adanya hal-hal yang tidak biasa, seperti korban menutup diri dari keluarga, menggunakan alas kaki ditutup plastik, tidak mau ada listrik dan tidak ada makanan di TKP, maka temuan buku-buku menjadi penting untuk didalami, apakah mungkin ada kaitannya dengan peristiwa tersebut," katanya.
"Ini tentunya perlu menunggu hasil autopsi dan pemeriksaan laboratoris terhadap beberapa barang bukti lainnya seperti handphone dan lain-lain," imbuhnya.
![Olah TKP di Rumah Satu Keluarga Tewas di Kalideres [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]](https://media.suara.com/suara-partners/dexcon/thumbs/1200x675/2022/11/15/1-olah-tkp-di-rumah-satu-keluarga-tewas-di-kalideres.jpg)
Diduga Penganut Paham Apokaliptik
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Adrianus Eliasta Meliala sempat menduga keempat korban menganut paham apokaliptik. Peristiwa ini menurutnya serupa dengan kematian massal pengikut sekte Peoples Temple pimpinan Jim Jones di Guyana, Amerika Selatan pada 1978.
"Jadi mungkin mirip dengan kelompok yang mati massal di Guyana. Atau yang melakukan sesajian massal di pinggir laut dan malah disapu ombak semua. Karena kematian adalah tujuan akhir, maka mereka tidak takut," ungkap Adrianus kepada wartawan, Senin (14/11/2022).
Baca Juga:Kelakuan Denise Chariesta Dibongkar! Jadi Pelakor Pengacara S yang Kena HIV AIDS
Pihak kepolisian sempat menyebut keempat korban, yakni Rudyanto Gunawan (71), Margaretha (68), Budianto Gunawan (68), dan Dian (42) ditemukan tewas dalam kondisi lambung tidak terisi.
Adrianus menilai keempat korban bisa jadi memilih cara mengakhiri hidupnya dengan tidak makan. Meskipun cara tersebut tergolong ekstrim.
"Mungkin ini konsepsi "silih" yakni membuat diri menderita demi suatu kenikmatan di kemudian hari," jelasnya.
Adapun, terkait adanya temuan bahwa korban sempat menunggak listrik hingga berupaya menjual rumah menurut Adrianus tidak serta merta berindikasi ada faktor ekonomi di balik peristiwa ini. Sebab, bisa jadi hal tersebut menurut Adrianus merupakan bagian dari cara korban mempersiapkan 'keberangkatan' menuju akhir dunia.
"Kalau cuma menunggak listrik atau jual rumah, itu mah kecil. Kemungkinan itu bagian dari persiapan untuk "berangkat" tersebut," ungkapnya.
Jawaban Polisi Soal Isu Sekte Sesat
Kanit Krimum Polres Metro Jakarta Barat AKP Avrilendi menyebut pihaknya belum bisa menyimpulkan soal dugaan korban pengikut sekte sesat. Dia mengklaim hingga kekinian penyidik masih melakukan pendalaman terkait penyebab kematian korban.
"Secara resmi belum bisa menyimpulkan," kata Avrilendi saat dihubungi awak media, Senin (14/11/2022).
Avrilendi mengatakan anggota dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri kekinian masih memeriksa sampel lambung dan hati korban. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan penyebab kematiannya.
"Kita masih tunggu itu untuk menyebab kematian." (Sumber: Suara.com)