Tagor Lumbantoruan, ayah tersangka Shane Lukas mengaku tidak kuat melihat kondisi David, korban yang dianiaya anak eks pejabat Ditjen Pajak, Mario Dandy Satriyo. Pernyataan itu disampaikan usai Tagor menjenguk David di RS Mayapada, beberapa waktu lalu.
Keterangan ayah tersangka penganiayaan itu viral setelah videonya beredar di media sosial, TikTok.
Lantaran prihatin atas kondisi David, Tagor sempat menitikan air mata.
Dilihat Minggu dalam video yang diunggah ulang akun akun TikTok @flashnews15, Tagor mengaku sejak awal ingin menegok David setelah dirawat di rumah sakit.
Baca Juga:Wanita: Antara Hak dan Kewajiban
"Mau jenguk langsung di hari pertama tapi karena saya dengar beritanya juga yang saya dapatkan masih seperti itu dan nggak bisa diperbolehkan melihat," kata Tagor.

Tampak mata Tagor berkaca-kaca saat mengaku tak kuat melihat kondisi David yang masih belum sadarkan diri.
"Melihat keadaan ini saya tidak kuat, saya tidak mampu melihat kejadian ini," katanya.
Tagor Lumbantoruan mengklaim jika anaknya Shane Lukas tidak tahu menahu soal kejadian ini.
"Aku pengen si David ini berdoa kepada Tuhan biar sembuh, biar cepat pulih, biar semua persoalan ini tahu dan terang benderang," bebernya.
Baca Juga:Tiktokers di Padangsidimpuan Sebut Pawai MTQ Mirip Topeng Monyet, Polisi Turun Tangan
Dia pun ikut senang mendengar kabar bahwa kondisi David semakin membaik.
"Hari ini hari baik karena perkembangan makin membaik, hari ini sempatkan hadir," ujarnya.
Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan tiga tersangka. Mereka adalah Mario Dandy, Shane Lukas dan AG (15). Namun, polisi menggunakan istilah anak berkonflik dengan hukum kepada AG karena usianya masih di bawah umur.
Tersangka Mario dijerat Pasal 355 KUHP Ayat 1 Subsider 354 Ayat 1 KUHP lebih Subsider 353 Ayat 2 KUHP lebih-lebih Subsider 351 Ayat 2 KUHP dan atau 76 C Juncto 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara.
Sedangkan tersangka Shane dijerat Pasal 355 Ayat 1 Juncto 56 KUHP Subsider 354 Ayat 1 Juncto 56 KUHP lebih Subsider 353 Ayat 2 Juncto 56 KUHP lebih-lebih Subsider 351 Ayat 2 Juncto 56 KUHP dan atau 76 C Juncto 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara.
Lalu pelaku anak AG dijerat dengan Pasal 76 C Juncto Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun Perlindungan Anak dan atau 355 Ayat 1 Juncto 56 KUHP lebih Subsider 353 Ayat 2 Juncto 56 KUHP lebih-lebih Subsider 351 Ayat 2 Juncto 56 KUHP.
Atas perbuatannya, AG terancam hukuman maksimal 4 tahun penjara setelah dikurangi setengah dari ancaman maksimal dan dikurangi sepertiganya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilan Anak.